Skip to main content
Monthly Archives

February 2021

Belanja Berlebihan

Cara Efektif Mengurangi Kebiasaan Belanja Berlebihan

By KeuanganNo Comments

Belanja adalah aktivitas yang paling menyenangkan apalagi kalau punya banyak uang. Tidak perlu pikir panjang kalau mau beli suatu barang, begitu suka bisa langsung ambil terus bayar.

Sayangnya, aktivitas menyenangkan ini dapat membahayakan finansial kalau tidak dikontrol dengan baik. Pengeluaran bulanan jadi lebih boros, kebutuhan lain tidak terpenuhi, bahkan ada juga yang sampai menimbulkan utang.

Bukan maksud hati ingin melarang untuk tidak belanja, akan tetapi guna mendapatkan keuangan tetap dalam kondisi aman, tentunya Anda perlu mengurangi kebiasaan belanja berlebihan tersebut.

Berikut beberapa cara efektif yang bisa dilakukan untuk mengurangi keinginan belanja.

Cara Efektif Mengurangi Kebiasaan Belanja Berlebihan

1. Buat budget untuk belanja

Pertama-tama, buatkan budget belanja terlebih dahulu. Budget ini adalah batasan maksimum yang bisa Anda habiskan untuk memenuhi nafsu belanja. Kalau budget habis, itu artinya aktivitas belanja harus dihentikan pada bulan yang bersangkutan.

Di dalam budget tersebut, buatlah list barang apa saja yang ingin dibeli lengkap dengan harganya. Apabila total harganya melebihi budget, mau tidak mau harus menghapus satu atau dua barang.
Tapi, kalau budget masih cukup dan Anda tidak ingin beli apa-apa lagi di bulan itu, sisa uangnya lebih baik ditabung untuk bulan berikutnya. Jadi, jatah uang belanjanya lebih banyak.

2. Patuhi budget

Sudah capek buat budget, tapi kalau tidak dipatuhi, hasilnya tetap nihil. Bukannya menurun, nafsu belanja malah semakin meningkat setiap hari. Hal ini jelas membahayakan finansial saat ini maupun di masa mendatang.

Kalau budget belanja cuma Rp 500 ribu per bulan, maka uang harus dikeluarkan tidak boleh lebih dari jumlah ini. Jangan pernah menggunakan atau meminjam uang dari pos mana pun karena setiap pos sudah punya biaya masing-masing.

Kalau memang tidak mendesak, lebih baik jangan belanja sekarang. Masih ada bulan depan. Anda bisa gunakan anggarannya untuk membeli barang yang sempat tertunda.

3. Jangan sering-sering main ke mall

Salah satu cara untuk mengantisipasi kebiasaan belanja adalah mengurangi kebiasaan pergi ke mall. Terlalu banyak godaan yang ada di sana, yang membuat Anda goyah dan akhirnya memutuskan untuk membeli sesuatu. Padahal barang tersebut tidak ada dalam list kebutuhan.

Boleh ke mall, tapi saat dibutuhkan dan saat Anda masih punya budget. Kalau tidak, lebih baik di rumah saja, bersih-bersih, atau membaca
Bagaimana kalau teman mengajak ke mall? Tenang, Anda bisa tolak dengan cara halus agar teman tidak kecewa dan mengerti. Anda juga bisa katakan sedang tidak punya budget, jadi mereka bisa maklum.

4. Nonaktifkan aplikasi shopping di handphone

Sadar atau tidak, godaan untuk belanja itu bisa muncul karena berbagai notifikasi dari e-commerce yang muncul di layar handphone. Mulai dari notifikasi diskon, produk baru, ketersediaan barang, pokoknya banyak.

Agar tidak memunculkan rasa penasaran, lebih baik nonaktifkan notifikasi dari aplikasi belanja. Jadi, Anda tidak tahu-menahu tentang barang apapun yang dijual oleh e-commerce yang bersangkutan.
Cara ini otomatis akan membuat minat belanja berkurang. Dan secara tidak langsung akan membuat finansial membaik secara perlahan.

5. Lihat barang yang sudah dimiliki

Ini adalah cara terakhir yang bisa dilakukan untuk mengurangi nafsu belanja. Kalau punya waktu, coba bongkar isi lemari dan lihat barang apa saja yang Anda punya.

Karena terkadang, nafsu belanja itu muncul karena Anda merasa tidak punya barang tersebut, padahal punya. Hanya saja, barang tersebut tertimpa oleh barang lain di dalam lemari.

Kalau ingin membeli barang baru, lebih baik jual barang-barang lama yang ada di lemari terlebih dahulu. Lumayan Anda bisa dapat uang tambahan untuk memuaskan nafsu belanja pada saat itu.

Meski belanja menyenangkan, Anda harus belajar melatih diri untuk hidup hemat karena kondisi keuangan tidak terus-terusan baik. Maka Anda perlu melatih diri untuk taat dengan rencana keuangan yang telah Anda susun dengan tepat. Dengan melatih diri, Anda akan terbiasa hidup dengan kondisi keuangan apapun.

Cara Atasi Burnout

Inilah Tanda Dan Cara Atasi Burnout

By KesehatanNo Comments

Banyak tantangan yang harus dihadapi dalam dunia kerja. Bukan hanya dari beban pekerjaan itu sendiri, melainkan mengalami burnout juga menjadi tantangan yang patut diwaspadai.

Burnout merupakan kondisi di mana seseorang mengalami kelelahan dalam berbagai bentuk sekaligus, baik itu fisik, mental, bahkan emosionalnya. Kelelahan seperti ini termasuk kondisi yang buruk dan bisa saja membuat seseorang mengalami perasaan yang sangat tidak nyaman sehingga berdampak pada menurunnya performa kerja secara signifikan.
Jika melihat dampaknya, jelas burnout sangat merugikan dan harus segera diatasi. Hal ini penting, agar kondisi tersebut tidak sampai mempengaruhi kinerja yang bersangkutan dalam waktu yang panjang.

Namun sayangnya, sebagian pekerja justru kerap tidak menyadari kondisi burnout yang mereka alami, sehingga hal ini bisa saja berlangsung cukup lama. Agar tidak mengalami burnout berkepanjangan, pekerja wajib simak ulasan berikut ini yang membahas mengenai tanda-tanda hingga cara mengatasi burnout.

Tanda-tanda burnout yang mudah dikenali

Ada banyak tanda yang menunjukkan jika seseorang sedang mengalami burnout, berikut ini adalah beberapa di antaranya:

1. Menurunnya semangat kerja

Pekerja yang mengalami burnout juga biasanya tidak akan bersemangat, bahkan kerap tidak fokus pada aktivitas yang sedang dijalankannya. Penderita akan lebih pasif dan tidak memiliki semangat untuk menyelesaikan berbagai tugasnya, termasuk tugas harian yang sudah menjadi rutinitas untuknya. Kondisi ini tentu akan buruk, apalagi jika yang bersangkutan bekerja dan terlibat langsung di dalam sebuah tim.

2. Banyak mengeluh

Mengeluh tentu sesuatu yang wajar, namun tetap harus dalam porsi yang juga tidak berlebihan. Ketika seorang pekerja sedang mengalami burnout, berbagai keluhan sangat mungkin dikeluarkan olehnya. Alih-alih bersemangat untuk menyelesaikan pekerjaan dengan cepat, yang bersangkutan bisa saja lebih sibuk mengeluhkan berbagai tugasnya kepada Anda. Jika sudah begini, menyelesaikan tugas dengan tepat waktu tentu akan menjadi hal yang jauh lebih sulit lagi, bukan?

3. Terjadi penurunan produktivitas

Perubahan yang paling umum dirasakan oleh pekerja yang mengalami burnout adalah menurunnya produktivitas kerja. Hal seperti ini biasanya lebih mudah disadari oleh atasan atau bahkan rekan kerja seperti Anda.
Jika biasanya rekan kerja Anda selalu menyelesaikan tugas sesuai deadline, maka hal sebaliknya sangat mungkin terjadi ketika yang bersangkutan sedang mengalami burnout. Berbagai pekerjaan bisa saja berantakan dan kualitas kerja menurun dengan drastis.

Cara mengatasi burnout

Saat Anda menyadari rekan kerja sedang mengalami burnout, pastikan Anda melakukan langkah yang tepat untuk membantunya. Ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi kondisi ini, beberapa di antaranya seperti berikut:

1. Cobalah untuk “menggali” lebih dalam

Sebelum mengambil tindakan untuk mengatasi burnout, Anda tentu harus memahami dengan baik alasan di balik kondisi tersebut. Perubahan perilaku seseorang bisa saja dipengaruhi oleh banyak hal, terutama masalah pribadi yang bersangkutan. Anda perlu mencari tahu tentang alasan tersebut secara detail, namun tetap dengan etika yang tepat, sehingga yang bersangkutan tidak tersinggung. Tanyakan masalah tersebut di waktu yang tepat, Anda bisa mengajak rekan kerja Anda berbicara terbuka dan lebih santai tentang hal ini.

2. Cobalah membahas tentang keseimbangan

Burnout bisa saja disebabkan oleh banyak hal, namun urusan pekerjaan merupakan salah satu alasan utama dari kondisi ini. Pekerjaan yang padat dan tak ada habisnya, rasa bosan, kurangnya istirahat, stres dan berbagai hal lainnya terkait pekerjaan sangat mungkin menimbulkan burnout.

Saat rekan kerja Anda terjebak dalam rutinitas dan kondisi seperti ini, maka Anda bisa mencoba untuk membicarakan tentang keseimbangan kerja. Sampaikan bagaimana pentingnya untuk menghargai waktu, istirahat, me time, bahkan urusan kecil lainnya di luar pekerjaan. Membagi waktu dengan seimbang tentu akan sangat membantu, bahkan bisa membuat kualitas kehidupan seseorang menjadi jauh lebih meningkat.

3. Lakukan perubahan di dalam rutinitas

Untuk mengatasi burnout, perubahan menjadi salah satu langkah yang paling efektif. Keluar dari rutinitas dan masalah yang melelahkan merupakan cara cerdas untuk memulai perubahan.

Anda bisa mengajaknya untuk menyelesaikan atau saling bertukar tugas kecil, tanpa mengganggu tugas utama di kantor. Selain itu, sarankan juga rekan kerja Anda untuk bisa memulai hari dengan sesuatu yang menyenangkan, sehingga bisa memberinya semangat dan energi yang positif untuk menghadapi tantangan kerja sepanjang hari.

Kondisi burnout bisa dialami oleh siapa saja, terutama mereka yang memiliki rutinitas kerja yang padat. Akan tetapi, burnout ini bisa dihindari dengan mengontrol kerja dengan baik. Atur waktu dan porsi kerja sesuai dengan kesanggupan diri. Sempatkan diri untuk istirahat dengan cukup agar bisa menyelesaikan pekerjaan dengan baik.

Pola Pikir Manajemen Keuangan

Pola Pikir Yang Dapat Mengganggu Manajemen Keuangan

By KeuanganNo Comments

Sudah tidak punya beban yang menyangkut keuangan, seperti utang dan mampu memenuhi kebutuhan hidup dengan baik, itulah yang dinamakan merdeka finansial.

Ya, masing-masing orang mengartikan merdeka finansial berbeda, tergantung kebutuhan. Ada yang memaknai merdeka finansial adalah terbebas dari jeratan utang, kemampuan mengatur keuangan secara tepat, keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran.

Ada juga yang berpendapat seseorang sudah dikatakan merdeka secara finansial kalau bisa menikmati hasil investasi yang sudah ditanamkan. Jadi tidak perlu kerja keras lagi, tinggal tidur alias ‘merem’, uang mengalir ke kantong.
Tetapi intinya adalah kamu dapat mengelola uang secara baik, sehingga tercipta merdeka finansial. Oleh karena itu, ubah pola pikirmu agar dapat mewujudkan cita-cita atau resolusi tersebut.

Hindari Pola Pikir Yang Dapat Mengganggu Manajemen Keuangan:

1. Uang datang dengan sendirinya

Nyatanya, uang tidak bisa datang sendiri. Harus dicari, dalam arti untuk mendapatkan uang, kamu harus bekerja, berusaha, atau bahkan mengorbankan banyak hal dalam hidup.
Sebab, berdiam diri dan mengucapkan mantra hebat sekalipun tidak bisa membuat uang datang ke hadapanmu. Bahkan berlipat-lipat.

Semakin giat mencari, semakin banyak uang yang didapat. Seperti itulah uang. Jadi, jangan pernah berandai-andai ingin punya banyak uang, tapi bermalas-malasan.
Selagi usiamu masih muda, giatlah mencari uang agar dapat menikmati hasil jerih payahmu di hari tua.

2. Meremehkan uang receh

Jika dilihat dari nilainya, uang receh seperti tidak ada harganya. Misalnya nominal Rp 100, Rp 200, Rp 500, atau Rp 1.000.

Namun, uang receh akan menunjukkan kekuatannya apabila kamu mengumpulkannya sedikit demi sedikit. The power of receh.
Uang 500 perak misalnya, kalau dikumpulkan setiap hari selama 5 tahun, bisa mencapai Rp 900 ribu. Lumayan bukan, untuk tambahan membeli kebutuhan.

Kamu juga dapat mengajarkan anakmu menabung. Dimulai dengan uang receh, hasil kembalian. Simpan saja di celengan, botol atau kaleng bekas. Lama-lama pasti akan penuh. Jauh lebih bermanfaat ketimbang dibuang.

3. Investasi hanya untuk orang tua

Masih banyak yang berasumsi kalau investasi cuma untuk orang tua, bukan untuk anak muda. Sebab anak muda, masih kuat bekerja.

Tetapi tidak ada yang tahu nasib seseorang ke depan. Bisa saja meski usia muda, namun tiba-tiba menderita sakit keras, kecelakaan sehingga cacat seumur hidup, atau kondisi lainnya.

Pola pikir ini harus diubah. Justru milenial atau generasi Z sekarang yang harusnya lebih melek investasi. Banyak instrumen yang bisa dipilih, seperti reksadana, saham, peer to peer lending, emas, deposito, atau investasi properti.
Jadi investasi buat siapapun. Tidak pandang bulu. Semua bisa belajar atau memulai investasi. Dari modal kecil sampai modal besar.

Investasi akan menjadi jalan mengembangkan uangmu. Untuk kehidupan keuangan yang lebih baik di masa depan.

4. Belanja sesuka hati karena hidup cuma sekali

Istilah YOLO atau hidup cuma sekali menjadi moto anak muda zaman sekarang, Ada benarnya, tapi bersikap konsumtif karena hidup cuma sekali tidaklah disarankan.

Sebab, harimu tidak berhenti sampai di sini saja. Masih ada hari esok, lusa, dan seterusnya yang sejatinya butuh biaya besar.

Makanya jauhi hidup konsumtif dari sekarang agar kamu tidak terjebak gaya hidup berlebihan. Belanjakan uang untuk kebutuhan, bukan keinginan. Dengan begitu, kamu sukses mengatur keuangan dan meraih merdeka finansial.

5. Manjakan dirimu sampai bahagia maksimal

Begitu juga dengan hal memanjakan diri, sebaiknya secukupnya saja. Beri penghargaan untuk dirimu dalam jumlah atau nominal kecil saja. Yang penting cukup membuatmu bahagia.

Tidak usah lebay, buang-buang uang. Lebih baik gunakan uang untuk hal produktif, seperti investasi, menabung, atau menjadi modal usaha.

6. Gaya hidup dijadikan sebagai penentu status sosial

Tidak dapat dipungkiri kalau status sosial di masyarakat masih tergantung dari berapa banyak uang yang dimiliki, berapa banyak rumah, kendaraan, atau asetmu.

Benar, tapi kamu salah kalau sampai menghabiskan uang untuk menunjang gaya hidup demi meningkatkan status sosial. Biar dipuji atau dibilang horang kaya.

Kamu tidak perlu membuktikan apapun kepada orang lain, misalnya dengan memakai barang branded, sering traveling, atau nongkrong di tempat mahal. Sebab orang yang sudah tahu tentang dirimu, tak membutuhkan pembuktian itu.

7. Menabung di akhir bulan

Mindset buruk yang mungkin masih diterapkan banyak orang adalah menabung di akhir bulan. Itulah yang dinamakan menyisakan bukan menyisihkan gaji.

Pola pikirnya gaji dipakai dulu untuk senang-senang. Kalau ada sisa, baru menabung. Ini cara mengatur keuangan yang salah.

Sebab bisa saja, belanjamu tidak terkontrol di awal bulan, sehingga tidak ada sisa sama sekali. Boro-boro sisa, uang sudah habis di tengah bulan. Untuk bertahan hidup, akhirnya ngutang.

Manfaatkan Uangmu dengan Baik, Biar Ekonomi Gak Morat Marit

Jika kamu dapat memanfaatkan uang dengan baik, menganggarkan sesuatu yang memang dibutuhkan untuk hari ini dan ke depan, maka sudah pasti keuanganmu bakal terjaga.

Tak ada lagi beban pikiran masalah keuangan, karena semua sudah terencana dengan baik dalam jangka pendek, menengah, maupun panjang.

Mengelola Keuangan

Tipe-tipe Kepribadian dalam Mengelola Keuangan

By KeuanganNo Comments

Tipe kepribadian seseorang sebenarnya berbanding lurus dengan cara seseorang dalam mengelola uangnya. Masing-masing tipe kepribadian dalam banyak hal bisa mempengaruhi cara orang tersebut dalam mengelola uangnya.

Pakar keuangan Ray Linder, menemukan bahwa dari segi finansial setidaknya terdapat 16 profil kepribadian. Dari ke-16 profil kepribadian ini, diklasifikasikan lagi secara singkat menjadi 4 kelompok, yang masing-masing mencirikan tentang bagaimana cara orang tersebut dalam menyikapi serta mengatur finansialnya. Berikut ini ulasan lengkapnya.

1. Tipe Planner (Perencana)

Kelompok kepribadian dengan tipe perencana dikenal sangat cermat. Karena kecermatannya inilah orang yang masuk dalam kelompok kepribadian bertipe perencana atau planner dianggap sangat pas dalam menjadi pengelola investasi jangka panjang.

Bukan hanya untuk orang lain, kelompok kepribadian bertipe planner juga mampu mengatur keuangan pribadinya sehingga kebutuhan di masa yang akan datang bisa tercukupi. Di sisi investasi, mereka juga sangat jeli dan disiplin dalam memantau perkembangan berkaitan dengan investasi jangka panjang yang sudah dijalankan.

Tapi diantara kelebihan tentu ada kekurangan. Para pemilik kepribadian tipikal planner kadang kurang handal untuk investasi jangka pendek, ini karena secara alamiah memang pemikiran mereka sepenuhnya diarahkan untuk mengawasi investasi jangka panjangnya.

2. Tipe Players (Pemain)

Seperti nama karakternya, mereka yang punya tipe kepribadian finansial demikian memang cenderung bermain-main dengan uangnya. Ray Linder, sebagai pakar menggunakan istilah kompulsif. Dimana orang dengan tipe kepribadian finansial demikian ada kecenderungan untuk terus menghabiskan uang, konsumtif dengan rasa tidak peduli apakah keputusan finansialnya tersebut masuk pada kategori tindakan berisiko keuangan tinggi atau tidak.

3. Tipe Protector (Pelindung)

Disebut demikian karena tipe kepribadian yang satu ini memang sangat berhati-hati dan benar-benar melindungi uang yang dimilikinya. Kehidupannya cenderung tidak berada dalam jalur resiko keuangan, masalah masa depan sudah dipersiapkan dengan matang, umumnya dengan memanfaatkan atau menyiapkan dana pensiun dari pekerjaan.

Kepribadian ini sekilas kelihatan sangat sempurna, bahkan dari sisi kebiasaan berbelanja sekalipun, tipe kepribadian ini cenderung pasif walaupun dalam satu waktu muncul merek baru yang booming. Orang dengan karakteristik kepribadian protector tidak akan mau mencoba untuk membelanjakan uangnya untuk hal semacam itu.

Sisi negatif dari karakter semacam ini adalah karena sangat “lurus” dalam menjalani hidup, ada kalanya sisi investasi tidak tersentuh, padahal bisa jadi menguntungkan secara finansial.

4. Tipe Pleaser (Penggembira)

Siapa yang pernah punya pengalaman berteman dengan orang yang sangat royal dalam membelanjakan uangnya. Sering mentraktir teman-temannya atau biasa dikenal dengan istilah sosialita? Bila dalam pergaulan kita bertemu orang yang semacam ini bisa jadi mereka adalah mereka yang bertipe pleaser atau penggembira.

Pakar keuangan menggolongkan tipe kepribadian ini menjadi dua tipe lagi. Pertama adalah mereka yang hobi membelanjakan uangnya sebagai bagian dari status sosial untuk orang lain. Kedua adalah mereka yang cenderung membelanjakan uangnya untuk diri sendiri.

Secara tipikal individu bertipe kepribadian semacam ini sama. Ada kecenderungan untuk membelanjakan uangnya sebagai satu kepuasan pribadi dengan tidak memperdulikan apakah hal semacam termasuk kategori berisiko atau tidak.

Masing-masing tipe kepribadian di atas tentu saja ada sisi positif maupun negatifnya. Pemilik kepribadian mesti memahami kelebihan dan kekurangan tersebut agar dapat mengelola keuangannya dengan baik.