Skip to main content
Category

Keuangan

Pungutan OJK Lebih Murah dari Premi LPS

By KeuanganNo Comments

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) akan menarik pungutan perusahaan yang berada dalampengawasannya. Bahkan, pungutan itu jauh lebih murah dibandingkan dengan biaya yang harusdisetor perbankan ke Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).Muliaman D Hadad, Ketua Dewan Komisioner (DK) OJK, menjelaskan biaya operasionallembaga pengawas industri sektor keuangan ini akan mengandalkan fee dari peserta.

Tujuannya,menjamin independensi sehingga OJK benar-benar untuk kepentingan industri tanpa intervensipemerintah. Pada tahun 2014 diupayakan anggaran kami paling besar berasal dari pungutanpeserta, nilainya sekitar 0,04%-0,05%.OJK juga berjanji akan rajin memberikan edukasi secara berkala kepada pelaku industri,pelayanan terpadu dan cepat untuk industri. Terakhir, OJK akan menjamin persaingan sehat dipasar.

Keberadaan OJK juga akan semakin menguntungkan industri, karena kami fokus danmendukung pengembangan produk dari industri, termasuk disektor syariah.Ia juga menjanjikan OJK memberikan advokasi konsumen terhadap jasa keuangan sertapeningkatan mekanisme check and balance dengan penerapan manajemen risiko.Menurut Firdaus Djaelani Anggota Dewan Komisioner OJK, OJK juga akan mempertanggungjawabkan penggunaan dana pungutan itu. Bahkan bila ada surplus akan dikembalikan benefitkembali untuk para pelaku industri.

Prospek Asuransi Cerah, Dana Berasuransi Makin Besar

By KeuanganNo Comments

JAKARTA-Prospek bisnis asuransi di Indonesia di masa depan akan semakin cerah. Pemicunya karena anggaran masyarakat untuk membeli produk asuransi sekarang juga mulai besar. Tak heran jika banyak investor baru yang kemudian tertarik masuk ke industri ini.

 

Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) mencatat, densitas industri asuransi komersial mencapai Rp 603.800 hingga kuartal III 2012. Nilai itu naik dibandingkan akhir tahun lalu sebesar Rp 547.130 dan Rp 432.820 pada 2010. Densitas adalah perbandingan premi dengan jumlah penduduk atau rata-rata pengeluaran masyarakat berasuransi.

 

Sedangkan total premi bruto per akhir September 2012 mencapai Rp 145,52 triliun alias tumbuh pesat dibandingkan akhir 2011 yang sebesar Rp 131,86 triliun. Sekadar informasi, premi bruto adalah gabungan pendapatan premi baru dengan premi lanjutan. “Premi semakin besar karena pengeluaran masyarakat untuk berasuransi meningkat,” kata Kepala Biro Perasuransian Bapepam-LK, Isa Rachmatawarta, Jumat (23/11).

 

Bisa jadi, hal ini karena kesadaran masyarakat untuk berasuransi semakin besar. “Tapi, bisa juga disebabkan karena tarif premi semakin mahal karena pengaruh inflasi atau nilai proteksi yang terus membesar,” kata Isa.

 

Pendatang baru

Seiring pesatnya pertumbuhan premi asuransi sepanjang tahun ini membuat minat para investor untuk masuk ke industri ini semakin meningkat. Bapepam-LK mencatat, sekarang ada 140 perusahaan asuransi dan reasuransi. Rinciannya, sebanyak 47 perusahaan asuransi jiwa, 84 asuransi umum atau kerugian, empat perusahaan reasuransi, dan lima asuransi sosial.

 

Jumlah ini bertambah tujuh perusahaan dibandingkan kuartal sebelumnya. Dari jumlah itu, lima pendatang baru masuk ke industri asuransi jiwa dan dua asuransi umum.

 

Salah satu pendatang baru adalah PT Asuransi Jiwa Syariah Amanah Jiwa Giri Artha (Amanah Gita). Ini merupakan anak usaha PT Perhutani. Mereka ingin membidik pasar asuransi di kalangan pegawai Perhutani serta alumni dan peserta training ESQ yang dibentuk Ary Gunanjar.

 

Azwir Arifin, Presiden Direktur Amanah Githa, bilang, perusahaan baru ini menargetkan pendapatan premi Rp 20 miliar hingga akhir tahun. Lalu, target premi semakin besar pada tahun 2013, mencapai Rp 150 miliar.

 

Para investor di perasuransian akan semakin banyak berdatangan pada masa mendatang. Pengurus Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) pernah membeberkan, ada dua investor yang tengah mengajukan perizinan baru kepada Bapepam-LK. Namun, Isa belum bersedia menjelaskan informasi tersebut.

 

Sejauh ini, Bank Central Asia adalah salah satu investor baru di asuransi jiwa. Bahkan, bank kakap ini telah menyiapkan dana Rp 100 miliar untuk pendirian usaha baru tersebut. Rencananya, perusahaan ini akan menjadi anak usaha PT BCA Securities. (kci)

Investasi Industri Asuransi Jiwa Meningkat 21,6% sampai Triwulan III 2012

By KeuanganNo Comments

JAKARTA, 28 November 2012 – Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) hari inimemaparkan kinerja industri asuransi jiwa di kuartal ketiga tahun 2012 yang terus bertumbuhpositif. AAJI mencatat total pendapatan industri, yang terdiri dari 43 perusahaan asuransijiwa, sebesar Rp90,8 triliun atau tumbuh 23,6% jika dibandingkan dengan periode yang samatahun sebelumnya. Dari total pendapatan tersebut, pendapatan premi masih menjadipendorong utama pertumbuhan dengan kontribusi sebesar Rp75,1 triliun, mewakili 82,7%dari total pendapatan. Total pendapatan premi ini sendiri tercatat naik 12% dibandingkandengan tahun sebelumnya.Yang menarik dari kinerja kuartal ketiga 2012 ini adalah peningkatan signifikan investasiindustri asuransi jiwa nasional mencapai Rp219,6 triliun – naik 21,6% dari tahun sebelumnya.Yang tidak kalah menggembirakan, imbal hasil investasi (yield) perusahaan asuransi jiwajuga tumbuh secara signifikan mencapai Rp13,3 triliun meningkat 217% dibandingkan tahunsebelumnya. Hal ini seiiring dengan kinerja positif pasar modal Indonesia yang menjadi salahsatu pilihan investasi utama dari para investor lokal, regional dan global.

 

Pertumbuhan ini mendorong peningkatan signifikan atas jumlah aset industri menjadi Rp254,2 triliun atau naik sebesar 21,9% jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya padaperiode yang sama.Ketua Umum AAJI, Hendrisman Rahim mengatakan, “Melalui dana yang dikelola di pasarmodal maupun yang diinvestasikan ke berbagai instrumen di luar pasar modal di Indonesia,secara tidak langsung industri asuransi jiwa telah membantu mendorong pertumbuhanekonomi Indonesia, apalagi industri terus bertumbuh dengan baik dalam memenuhikebutuhan perlindungan asuransi jiwa masyarakat.”Hendrisman juga mengungkapkan jumlah premi produksi baru di kuartal ketiga tahun 2012tumbuh 9,3% menjadi Rp51,4 triliun, menunjukkan semakin tingginya kesadaran masyarakatakan pentingnya memiliki asuransi jiwa.Dalam catatan AAJI, dari total premi produksi baru sebesar Rp.51,4 triliun, premi tradisionaltetap mempertahankan pertumbuhannya dengan menyumbang premi baru sebesar Rp27,6triliun, meningkat 24,8% dari sebelumnya Rp22,1 triliun pada periode yang sama tahun 2011.Sementara pertumbuhan premi baru unit link mencatat perlambatan -4%, yakni dari posisiRp24,7 triliun di kuartal ketiga 2011 menjadi Rp23,7 triliun di kuartal ketiga 2012. Walaupundemikian, unit link masih menyumbang lebih dari 50% dari keseluruhan total premi asuransijiwa di Indonesia. Selain itu, jika dilihat dari total pertumbuhan premi secara keseluruhan,premi produk unit link tumbuh cukup stabil di 6,2% menjadi Rp38,2 triliun di kuartal ketiga2012.Hendrisman menambahkan, “Masyarakat Indonesia memiliki semakin banyak pilihanterhadap produk asuransi baik tradisional maupun unit link. Hal ini positif bagi industri karenaakan semakin mendorong pertumbuhan bisnis ke depan. Selain itu, dengan membaiknyakinerja pasar modal Indonesia dibandingkan dengan tahun lalu, unit link akan kembalimenjadi salah satu pilihan menarik bagi masyarakat yang mencari kemudahan dalamproteksi yang terkait investasi jangka panjang”.Albertus Wiroyo, Ketua Bidang Keanggotaan dan Humas AAJI mengungkapkan, untuk totaltertanggung pada kuartal ketiga 2012 mengalami pertumbuhan sebesar 4,5 %, menjadi 58,2juta orang dari sebelumnya sebesar 55,7 juta orang. Dilihat secara terpisah, tertanggungperorangan dan kumpulan mengalami kenaikan, tertanggung perorangan mengalamikenaikan sebesar 22,4 % menjadi 10,2 juta orang dan tertanggung kumpulan jugamengalami kenaikan 1,4 %, yakni dari posisi 47,3 juta orang menjadi 48 juta orang.“Kenaikan jumlah orang yang terlindungi asuransi jiwa mengindikasikan meningkatnyakesadaran publik akan manfaat memiliki asuransi jiwa, serta bukti nyata komitmenperusahaan asuransi jiwa nasional dalam melaksanakan kewajibannya,” jelas Albertus.

 

Kenaikan jumlah tertanggung juga didukung oleh konsistennya pertumbuhan jalur distribusiindustri asuransi jiwa di Indonesia, jalur distribusi bancassurance memberikan kontribusisebanyak 40,2% dari total pendapatan premi atau sebanyak Rp30,2 triliun, naik 19% jikadibandingkan tahun sebelumnya. Sedangkan jalur keagenan memberikan kontribusisebanyak 39,2 % dari total pendapatan premi atau sebanyak Rp29,4 triliun, naik 2,7% jikadibandingkan tahun sebelumnya.Komitmen industri asuransi jiwa dalam memberikan perlindunganSelain perolehan premi yang terus meningkat, Industri asuransi jiwa melalui perusahaanperusahaananggotanya terus melaksanakan kewajibannya untuk memberikan proteksi,terbukti dengan pembayaran klaim dan manfaat yang terus meningkat. Sepanjang kuartalketiga tahun 2012 ini total klaim yang dibayarkan asuransi jiwa nasional tercatat Rp44,1triliun atau meningkat 14 % dibandingkan periode yang sama pada tahun 2011.”Komitmen industri asuransi jiwa yang berkelanjutan dalam membayarkan klaim di kuartalketiga 2012 merefleksikan komitmen perusahaan asuransi jiwa nasional dalam memberikanlayanan perlindungan yang terbaik bagi nasabah. Asuransi diciptakan untuk menggantikankemungkinan risiko keuangan yang dialami oleh nasabah saat musibah datang, oleh karenaitu, membayarkan klaim dan manfaat merupakan tanggung jawab yang menjadi prioritasutama bagi perusahaan asuransi jiwa” jelas Direktur Eksekutif AAJI Benny Waworuntu.Adapun klaim pada kuartal ketiga 2012 meliputi:1. Polis yang berakhir masa kontraknya (maturity) berjumlah Rp6 triliun naik sebesar43,5 % dibandingkan dengan kuartal ketiga 2011 sejumlah Rp.4,1 triliun.2. Klaim meninggal dunia sebesar Rp2,8 triliun naik 9,2 % dibandingkan dengan kuartalketiga 2011 sejumlah Rp2,6 triliun3. Polis yang ditebus (surrender value) bernilai Rp30,8 triliun naik sebesar 10,7%dibandingkan dengan kuartal ketiga 2011 sejumlah Rp.27,8 triliun4. Klaim lain-lain termasuk kesehatan naik sebesar 9,5 % dari Rp4 triliun menjadi Rp4,4triliun.Meningkatnya peranan tenaga pemasaran dalam mendorong pertumbuhan industriMasalah utama dari industri asuransi jiwa saat ini adalah rendahnya penetrasi asuransi jiwadi Indonesia, di mana dari total penduduk sebanyak 240 juta jiwa hanya 24% (58 juta orang)sebagai tertanggung yang mendapat perlindungan polis asuransi jiwa, dan angka yang lebihkecil lagi, yaitu sekitar 4% (10 juta orang) tertanggung individual. Maka dari itu dibutuhkantenaga-tenaga pemasaran yang profesional, berdedikasi dan berlisensi untuk memberikanedukasi lebih lagi kepada publik mengenai pentingnya asuransi jiwa.

 

Kepala Departemen Komunikasi AAJI, Nini Sumohandoyo mengatakan, “AAJI melaluianggota-anggotanya mempunyai komitmen untuk memberikan edukasi ke masyarakat akanpentingnya memiliki asuransi jiwa, karena kesadaran yang meningkat akan berbuahkesejahteraan masyarakat di jangka panjang dan penguatan industri dalam berkontribusiterhadap perekonomian di Indonesia”Nini juga menambahkan, jumlah agen berlisensi asuransi jiwa hingga kuartal ketiga di tahun2012 ada sebanyak 283 ribu orang. “Ada pertumbuhan 25,6% dari periode yang sama ditahun 2011 sebanyak 236 ribu orang. Ini indikator yang baik akan bertumbuhnya jumlahtenaga pemasaran yang bisa semakin efektif menjangkau lebih banyak masyarakat diseluruh pelosok Indonesia,” ujarnya.Menutup pemaparan kinerja industri asuransi jiwa di Indonesia, Ketua Umum AAJI,Hendrisman Rahim menambahkan, “Melihat perkembangan asuransi jiwa yang cukup stabilsampai dengan kuartal ketiga ini, kendati pertumbuhan PDB Indonesia di kuartal tiga inimelambat, kami bersyukur atas kinerja yang sangat baik dari perusahaan-perusahaanasuransi jiwa nasional serta meningkatnya kepercayaan masyarakat akan pentingnyaasuransi jiwa. Beberapa hal yang perlu komponen industri dalami bersama ke depannyaselain meningkatkan penetrasi asuransi jiwa, ada pada langkah-langkah penyelarasanoperasional seperti akan berlakunya International Financial Reporting Standard (IFRS) untuklaporan keuangan tahun 2012, efektif berlakunya Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagairegulator industri asuransi jiwa, serta pengembangan UU no 2 tahun 1992 tentang usahaperasuransian. AAJI siap mendukung dan bekerja sama untuk kebaikan industri serta terusoptimis industri asuransi jiwa akan terus memberikan kontribusi positif terhadapperkembangan ekonomi di Indonesia.”- selesai -Tentang Asosiasi Asuransi Jiwa IndonesiaAsosiasi Asuransi Jiwa Indonesia atau disingkat dengan AAJI adalah sebuah wadah danpenampungan serta penyalur aspirasi Perusahaan Asuransi Jiwa dan Reasuransi diIndonesia. Didirikan pada tahun 2002, saat ini AAJI beranggotakan 46 perusahaan asuransijiwa di Indonesia serta 4 perusahaan reasuransi.AAJI memiliki visi untuk menyatukan arah dan tujuan usaha asuransi jiwa dalam rangkapemberian perlindungan kepada masyarakat khususnya pemegang polis tertanggung, yangmerupakan perwujudan peran serta Industri Asuransi Jiwa dalam usaha meningkatkankesejahteraan masyarakat.

Prospek Asuransi Tahun Depan Cerah

By Eksternal News, KeuanganNo Comments

Membaiknya daya beli serta kesadaran berasuransi masyarakat Indonesia menerbitkanoptimisme bagi pelaku bisnis asuransi. Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) yakin industriasuransi umum masih bisa bertumbuh di kisaran 22%-23% pada tahun depan.Julian Noor, Direktur Eksekutif AAUI menjelaskan stabilnya perekonomian nasional tahun depanakan menopang pertumbuhan bisnis asuransi umum dan reasuransi nasional. Ini juga ditambahdengan semakin besarnya belanja Negara untuk pembangunan.

Pasar asuransi umum diyakini akan semakin baik lantaran Otoritas Jasa Keuangan (OJK) jugaberencana membuat tarif referensi asuransi property dan kebakaran. Penetapan tarif referensiakan menciptakan persaingan penjualan asuransi property dan kebakaran sehat. Dengan adanyatarif referensi, lini asuransi property dan kebakaran kembali berkontribusi maksimal.

Hendrisman Rahim, Ketua Umum AAJI mengatakan sejak lima tahun terakhir, pertumbuhanpremi asuransi jiwa selalu tumbuh 25%-30%. Pertumbuhan ekonomi, membaiknya daya beliakan membuat bisnis asuransi jiwa terus bertumbuh.Pasar masih besar lantaran penetrasi asuransi jiwa masih kecil yakni dibawah 2%. Denganjumlah penduduk mencapai ratusan juta, pasar asuransi di Indonesia sangat besar.Bertumbuhnya kelas menengah diyakini akan mendorong kesadaran memiliki asuransi. Yangpenting sosialisasi diperbanyak.AAJI Daily News 2Optimisme AAJI ditopang pula dengan mulai bekerjanya OJK di 2013.

Apalagi, Undang-Undang(UU) Perasuransian diharapkan selesai dan diundangkan tahun depan. Tantangan industriasuransi juga tak kalah besar. Tantangan didepan mata adalah rencana penerapan InternationalFinancial Result Standar (IFRS) untuk laporan keuangan tahun 2012. Jika beleid ini berlaku bisamenghambat pertumbuhan premi. Soalnya metoda penghitungan IFRS memisahkan antarapremi dan investasi. Padahal, nilai investasi asuransi jiwa sangat dominan.

Inklusi Keuangan Dorong Asuransi

By Eksternal News, KeuanganNo Comments

Program inklusi keuangan atau keluasan mengakses sektor keuangan bagi seluruh masyarakatseharusnya ikut mendorong tumbuhnya industri asuransi nasional. Respon industri asuransiterkait program inklusi keuangan secara timbal balik menentukan keberhasilan program itu.Ketua Dewan Asuransi Indonesia Kornelius Simanjuntak mengatakan, inklusi keuangan harusterefleksikan dalam industri asuransi, dimana edukasi yang terus menerus menuju pemahamanyang lebih baik akan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya asuransi.Hari Asuransi diperingati setiap tanggal 18 Oktober 2012 sejak tahun 2006.

Tahun ini tema yangdipilih adalah Asuransi untuk Semua. Kornelius menegaskan, tema tersebut bisa diwujudkanmelalui kerja sama seluruh pemangku kepentingan, yaitu industri asuransi, pemerintah, institusipendidikan dan masyarakat.Inklusi keuangan adalah kemampuan individu untuk mengakses produk dan jasa keuangan. Jasakeuangan yang dimaksud antara lain tabungan, kredit dan asuransi.

Progam ini mulai diluncurkanpada 29 Desember 2010. Program ini bertujuan memperluas akses masyarakat terhadap jasakeuangan.Ketua Panitia Insurance Day 2012 Nelly Husnayati menyatakan, adalah tugas bersama antarapara pelaku industri asuransi dan regulator untuk menumbuhkan industri itu berkelanjutan.Penetrasi asuransi masih sangat rendah.

Kontribusi asuransi terhadap produk domestik brutomasih dibawah dua persen, sementara dilihat dari jumlah pemegang polis asuransi jiwa individuterhadap jumlah penduduk angka penetrasinya baru sebesar 4 persen.Kepala Departemen Komunikasi Perusahaan AJB Bumiputera 1912 Ediani Nugrohowatimenyatakan, peringatan hari asuransi dimaknai dengan gerakan nyata menyadarkanmasyarakan untuk berasuransi.Agen Bumiputera yang baru-baru ini dinobatkan sebagai Agen of The Year, Nadia Alkaftmengaku merasakan manfaat tersebut baik secara internal maupun eksternal. Awalnya Nadiadiajak dan dibimbing supervisornya Fauzi Anwar menjadi agen di perusahaan.

Asuransi Incar Lembaga Pembiayaan Mikro

By Eksternal News, KeuanganNo Comments

Pelaku asuransi menggarap serius asuransi mikro. Meski nilai preminya kecil, tetapi potensinyabesar serta bisa menjangkau tertanggung dalam jumlah besar. Allianz Life pemain lama asuransimikro ini menargetkan tahun ini bisa menjaring semakin banyak lembaga keuangan mikro untukmemasarkan produk mereka.Allianz Life berkecimpung di micro insurance sejak tahun 2006.

Hingga kini mereka sudahbekerjasama dengan 70 lembaga keuangan mikro, seperti Bank Perkreditan Rakyat (BPR),koperasi, serta perusahaan modal ventura.Vice President Director Allianz Life Indonesia, Handojo G Kusuma mengatakan kerjasamatersebut total tertanggung asuransi mikro sekitar 600.000 orang atau 25% dari total nasabahAllianz.

Manajemen menargetkan, nasabah asuransi mikro pada akhir tahun ini mencapai900.000. Asuransi mikro efektif menjangkau masyarakat kelas bawah.Edi Yoga Prasetyo, Head of Emerging Consumers Business Allianz Life, menjelaskan untukmengejar target itu, pihaknya bakal memperbanyak kerjasama dengan lembaga mikro. Hinggaakhir tahun, lembaga keuangan mikro yang bakal diajak bekerjasama harus mencapai 100 unit.AAJI Daily News 2Hendrisman Rahim, Direktur Utama Jiwasraya mengakui, kontribusi asuransi mikro lambat launterus terkerek. Akhir tahun 2011, sumbangsih asuransi mikro di Jiwasraya baru 4% dari totalpremi, tapi meningkat menjadi 10% per akhir Juni 2012. Akhir semester I lalu, total premiJiwasraya sebesar Rp 2,4 triliun. Pertumbuhan asuransi jenis ini per tahun kisaran 5%-10%.

Hendrisman Rahim yang juga Ketua Umum Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI)menambahkan untuk memasarkan produk ini, Jiwasraya mengandalkan kerjasama dengankoperasi hingga BPR. Paling banyak di daerah Indonesia Timur seperti Kalimantan.AAJI menyakini pemain asuransi mikro bakal semakin ramai. Saat ini pemain asuransi mikromasih kurang dari 10 perusahaan. Ditambah lagi, pertumbuhan premi asuransi mikro juga pesat.AAJI mencatat, jalur distribusi direct marketing dan micro insurance mencapai Rp 9 triliun persemester pertama. Angka tersebut mengalahkan kontribusi telemarketing yang hanya sekitar Rp1 triliun.

Asuransi Tradisional Mulai Naik Pamor

By Eksternal News, KeuanganNo Comments

Asuransi Tradisional Mulai Naik PamorPerusahaan asuransi jiwa ramai-ramai menggenjot produk asuransi tradisional di tengahmemudarnya kenerja produk asuransi berbalut investasi (unit linked) di pasar dalam negeri saatini. Division Head Wealth Management & Premier Banking Division PT OCBC NISP Tbk, Ka Jit,mengatakan pasar unit linked di dalam negeri sudah mulai jenuh menyusul stagnansi kinerjapasar modal dalam beberapa waktu terakhir. OCBC NISP akan menggejot pertumbuhan produkasuransi tradisional sehingga komposisinya menyeimbangi portofolio produk unit linked.

Saat ini 80% dari total bisnis bancassurance OCBC NISP hasil kerja sama dengan PT GreatEastern Life berupa unit linked, dan hanya 20% dari produk asuransi tradisional. Kedepanpihaknya akan mengarahkan komposisi diantara kedua jenis produk asuransi tersebut menjadi60:40 untuk unit linked dan tradisional.Direktur Keuangan AXA Mandiri Financial Services, Iwan Pasila menuturkan, saat ini kontribusipenjualan AXA Mandiri masih didominasi oleh produk unit link sebesar 80% sementara produkasuransi tradisonal hanya 20%. Meskipun dominasi produk asuransi unit link masih tinggi, saatini AXA Mandiri sudah mulai melakukan diversifikasi dengan memperbanyak penjualan produkasuransi tradisional dan penjualan melalui telemarketing. Kedepannya AXA Mandirimerencanakan untuk memperbesar komposisi produk tradisional menjadi 25% dan produk unitlink menjadi 75%.Kemarin AXA Mandiri meluncurkan produk Asuransi Mandiri Kesehatan Prima yang merupakanproduk asuransi tradisional.

Presiden Direktur AXA Mandiri Jon Sandham mengatakan jenisproduk tersebut memberikan perlindungan kesehatan yang komprehensif bagi masyarakatberpenghasilan menengah di Indonesia yang menggunakan jasa pelayanan kesehatan di dalamdan luar negeri. Bisnis Indonesia. 011112, hal m4AXA Mandiri Fokus di Produk TradisionalMeredupnya pamor unit link memaksa perusahaan asuransi jiwa banting stir. Salah satunya PTAXA Mandiri Financial Service (AXA Mandiri) semakin menfokuskan pemasaran di produkasuransi murni atau tradisional. Melalui langkah ini perusahaan memperkirakan kontribusiasuransi tradisional akan naik dari 20% menjadi 25%.

Sementara produk unit link berkurang dari80% menjadi 75%.Usaha banting stir ini terlihat dari strategi AXA Mandiri meluncurkan produk asuransi kesehatanbertajuk Asuransi Mandiri Kesehatan Prima (MKP) yang terdiri dari 4 jenis klaim, yaitu MPKAAJI Daily News 2Enchanced untuk perawatan rumah sakit diseluruh dunia, MKP Essensial memiliki jangkauanperlindungan sama dengan Enchanced tetapi preminya lebih terjangkau, MKP Economy denganmanfaat perawatan rumah sakit diseluruh dunia kecuali Amerika Serikat dan Hong Kong, sertaMKP Ebasic untuk pengobatan di rumah sakit di Indonesia. Harga premi produk ini mulai dari Rp3 juta – Rp 10 juta per tahun, dengan total manfaat yang bisa didapat oleh nasabah mencapai Rp20 miliar.Sekedar informasi, industri asuransi jiwa sedang menghadapi tantangan meredupnya pamor unitlink. Hingga semester I 2012, tercatat premi baru unit link hanya Rp 16,2 triliun, turun 65%dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, sedangkan premi asuransi tradisional naik48,6% atau menjadi Rp 18,7 triliun. Kontan, 011112, hal 22Bisnis Broker Asuransi Makin SulitBroker menghadapi kendala persaingan dan perang tarifNasib pelaku bisnis pialang atau broker perasuransian semakin tidak menentu.

Pertumbuhankontribusi premi broker lebih rendah dibandingkan laju kenaikan premi total. Menurut NananGinanjar, Ketua Asosiasi Perusahaan Pialang Asuransi Reasurasi Indonesia (Apparindo)mengakui, peranan para broker di industri perasuransian semakin berkurang karena belumbanyak perusahaan asuransi yang menggunakan jasa broker, terlebih perusahaan asuransi jiwa.Disamping itu ada kecenderungan perusahaan asuransi memandang broker sebagai kompetitorsehingga pertumbuhan pendapatan fee broker lebih rendah dibandingkan pertumbuhan premisecara nasional.Apparindo per September 2012 mencatat total premi broker sebesar Rp 7,2 triliun atau tumbuhsebesar 10% dibandingkan dengan periode yang sama tahun talu. Sementara pendapatan premiasuransi umum sepanjang semester I 2012 mencapai Rp 18,89 triliun atau tumbuh 13%dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Pertumbuhan premi bruto asuransi jiwalebih besar lagi yaitu mencapai 16,7% atau Rp 49,65 triliun. Disisi lain, jumlah broker semakinbanyak.

Tahun 2012 ini ada 5 pendatang baru, sehingga total broker yang menjadi anggotaApparindo sebanyak 160 perusahaan.Broker juga akan menghadapi persaingan sistem pemasaran. Belakangan banyak perusahaanasuransi memilih menggunakan jasa agen, dimana saat ini jumlah agen asuransi umummencapai 15.000 orang dan hingga akhir tahun akan ada penambahan 1.000 orang agenbersertifikasi. Sejumlah perusahaan asuransi umum juga mulai menerapkan sistem pemasaranbaru dengan menjalin kerjasama dengan perbankan atau bancassurance.Isa Rachmatarwata, Kepala Biro Perasuransian Badan Pengawas Pasar Modal dan LembagaKeuangan (Bapepam – LK) menilai, terhambatnya bisnis para broker karena cenderungmenyasar pasar korporasi korporasi yang sudah menggunakan produk asuransi sejak lama..Menurut Isa, broker harus mulai memperbesar segmen ritel atau individual. Dengan demikiandiharapkan broker asuransi dapat juga memperluas jasa layanannya menjadi seperti financialplanner.

Imbal Hasil Investasi Asuransi Jiwa Melonjak

By Eksternal News, KeuanganNo Comments

Industri asuransi jiwa pada kuartal III/2012 membukukan imbal hasil investasi Rp 13,3 triliun ataumelonjak 217% dibandingkan dengan kinerja tahun sebelumnya Rp 4,20 triliun.Ketua Umum AAJI Hendrisman Rahim mengatakan faktor pendongkrak kenaikan imbal hasil iniadalah kondisi perekonomian yang membaik dan kinerja positif pasar modal. Sedangkan DirekturEksekutif AAJI Benny Waworuntu menjelaskan reksa dana masih jadi pilihan utama portofolioinvestasi karena cenderung memberikan imbal hasil tetap dengan risiko rendah.

Meskipun kondisi pasar modal membaik, proporsi saham justru menurun hingga 31%, dari Rp78,2 triliun pada kuartal III/2011 menjadi Rp 53,4 triliun. Penurunan itu menurut Hendrismankarena pengalihan portofolio dari saham ke surat berharga negara. Proporsi obligasi negarameningkat hampir 5.000%, dari Rp 498,3 miliar menjadi Rp 25,3 triliun.

Kendati meningkat signifikan, kontribusi imbal hasil investasi terhadap pendapatan total industriasuransi tidak terlalu besar, yakni berkisar 14,6%. Pendapatan terbesar masih disumbang daripendapatan premi Rp 75,1 triliun atau sekitar Rp 82,7% dari total pendapatan kuartal III/2012yang mencapai Rp 90,8 triliun. Pertumbuhan ini naik 12% dibandingkan dengan periode yangsama pada tahun sebelumnya, yang tercatat Rp 67 triliun.Pendapatan dari premi baru tradisional menyumbang Rp 27,6 triliun, meningkat 24,8% year-onyeardari periode lalu sebesar Rp 22,1 triliun.

Adapun pendapatan premi baru dari unit link padaperiode ini adalah sebesar Rp 23,7 triliun atau mengalami perlambatan dengan tingkat -4% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Jika dilihat dari pertumbuhan premi secarakeseluruhan, premi unit link masih tumbuh 6,2% dari periode yang sama tahun lalu, yakniRp 38,2 triliun.

unitlink

Imbal Hasil Unitlink Menyalip IHSG

By Eksternal News, KeuanganNo Comments

Masa kelabu imbal hasil asuransi berbalut investasi (unitlink) naga-naganya mulai berlalu.Sepanjang 2 Januari – 14 November, sudah ada produk unitlink berbasis saham yang mampumemberikan imbal hasil 15%. Pencapaian ini melewati pertumbuhan indeks harga sahamgabungan (IHSG) pada periode sama sebesar 14,23%.

Oemin Handajanto CEO Zurich Topas Life, menerangkan ada dua hal yang mempengaruhipeningkatan unitlink. Yaitu, membaiknya kondisi pasar saham dan strategi investasi dari manajerinvestasi perusahaan asuransi. Ekspektasi pasar di bawah 10%, tapi sekarang luar biasa.Kecenderungan strategi investasi asuransi saat ini menempatkan dana di beberapa lapis saham.Ada yang ditempatkan di saham lapis kedua alias sekunder. Namun porsi terbesar masih disaham-saham unggulan alias bluechips. Pertimbangannya, pergerakan saham bluechips stabilmeski saham sekunder juga menunjukkan hasil positif beberapa waktu ini.

Model penempatandana itulah yang mengerek imbal hasil unitlink.Edy Tuhirman, Presiden Direktur Asuransi Jiwa Generali Indonesia menambahkan, pergerakanpasar saham yang positif akan mendorong tumbuhnya unitlink. Oleh karena itu, dia meyakinipotensi unitlink masih terbuka lebar. Ke depan, juga akan tumbuh positif menurut William KuanPresiden Direktur Asuransi Prudential.Hingga Juni tahun ini, perolehan premi baru unitlink mencapai Rp 16,2 triliun atau turun 6,5%dibanding periode yang sama tahun lalu. Padahal, premi baru di asuransi tradisional melonjak48,6% menjadi Rp 18,7 triliun.

Pertumbuhan Asuransi Syariah Diharapkan Diiringi SDM Mumpuni

By Eksternal News, KeuanganNo Comments

JAKARTA- Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) mengharapkan pertumbuhan industri asuransi syariah yang cukup pesat diiringi oleh sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni. “Asuransi syariah mengalami perkembangan yang pesat, sehingga dibutuhkan SDM yang baik,” ujar Kepala Biro Asuransi Bapepam-LK, Isa Rachmatarwata dalam Konferensi Internasional mengenai perkembangan industri asuransi syariah di Jakarta, Senin (14/5)

Ia mengemukakan, dalam konferensi internasional itu diharapkan dapat menjadi pengetahuan lebih bagi pelaku industri dalam mengembangkan asuransi syariah dan memberikan pemahaman mendalam akan perubahan-perubahan yang terjadi. “Seiring terus tumbuhnya industri syariah diharapkan pelaku industri dapat menjawab tantangan sekaligus menangkap peluang untuk semakin mengembangkan industri syariah di Indonesia,” ujar dia.
Ia menambahkan, Indonesia merupakan negara muslim terbesar di dunia. Sudah sepatutnya indonesia memiliki peran yang lebih besar dalam kancah industri asuransi syariah di regional maupun dunia. “Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk melakukan upaya yang berkesinambungan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat mengenai asuransi shariah,” ujar Isa.

Sementara di tempat yang sama, Ketua Umum AASI, M Shaifie mengharapkan forum ini dapat memperkaya wacana dan referensi bagi pelaku industri asuransi syariah Indonesia dalam memperkuat bisnisnya. “Dalam forum itu masalah kualitas SDM merupakan jadi salah satu fokus karena ini prioritas utama bagi pelaku industri, selain itu perbaikan masalah operasional terutama kebijakan ´underwwriting´ dan klaim yang terukur serta dipertanggung jawabkan,” katanya. Ia mengharapkan, terus berkembangnya industri syariah itu, pelaku industri harus menyiapkan pengetahuan yang memadai dalam memberikan informasi ke publik. Untuk memberikan informasi yang memadai bagi publik, lanjut dia, agen asuransi diwajibkan memeiliki sertifikasi agen asuransi sehingga publik mendapatkan informasi yang tepat.

“Siapapun yang berhubungan dengan publik dia memahami produk itu, jadi publik mendapatkan informasi yang tepat, dengan adanya sertifikasi maka ada standar pengetahuan tentang suatu produk, ucap dia. Saat ini, kata Shaifie, perusahaan asuransi sudah melakukan pendidikan secara khusus dan bekerjasama dengan asosiasi asuransi jiwa Indonesia (AAJI). “Perusahaan asuransi di Indonesia melakukan kerjasama dalam memberikan sertifikasi sehingga sertifikasi itu ´recognize´. Bukan hanya agen, operator, penerima tamu saja yang disertifikasi, Kepala Cabang juga harus bersertifikasi, obsesi kami seperti itu,” kata dia. President Direktur Prudential, William Kuan mengaku, secara internal pihaknya sudah membuat sistem khusus untuk melakukan pendidikan mengenai produk yang ditawarkan ke publik.

“Pihak kami sedang membuat sistem dan pendidikan untuk sertifikasi. Dengan begitu, diyakini dalam waktu dekat akan menyelesaikan masalah yang ada,” ucap dia.(ant/hrb)